BI 2 Softskill 2011
Pada mula nya, tahun 2012 dikatakan sebagai tahun penutup kehidupan umat manusia. Banyak peramal yang memperkirakan akan terjadi kiamat pada tahun tersebut. Akan tetapi hari kiamat bukan lah hari yang dapat diramalkan oleh manusia dikarenakan hanya Tuhan YME lah yang tahu dan berkehendak.
Namun bagi seorang peramal yang ahli dalam bidang ekonomi, memperkirakan bahwa di tahun tersebut akan terjadi krisis dan bencana bagi sektor financial. Menurut Jim Rogers yang merupakan salah satu pendiri lembaga finansial terkemuka saat ini yaitu Quantum Fund. Memprediksi bahwa tahun 2012 akan menjadi tahun yang sulit bagi perekonomian global. Ia mendasari prediksi tersebut dengan melihat pada saat sekarang dimana tingkat inflasi di mayoritas negara-negara dunia mengalami kenaikan. Paska melewati badai krisis ekonomi pada 2 tahun lalu, rupanya pergerakan ekonomi global saat ini telah menancapkan sebuah kondisi pemulihan yang cukup signifikan.
Mulai pulihnya tingkat konsumsi masyarakat, bergeraknya sektor riil dan mulai stabilnya sektor finansial memberikan sebuah kondisi yang mendukung bagi kenaikan inflasi. Akibatnya, untuk merespon kenaikan inflasi tersebut beberapa negara seperti India, Kanada dan Norwegia telah meningkatkan suku bunga acuan untuk menyesuaikan kondisi akibat naiknya inflasi agar dapat menjaga stabilitas sektor perbankan. Rogers melihat kondisi tingginya tingkat inflasi akan menunjukan gejalanya pada tahun 2011 ini. Dan ia yakin untuk tahun ini, sampai dengan akhir kuartal keempat 2010 perekonomian dunia akan bergerak positif, terutama perekonomian AS dan Eropa.
Menurut Rogers, ia memprediksikan bahwa adanya kenaikan harga komoditi. Misalnya harga emas yang bahkan diakhir tahun ini diprediksi akan menembus level 1300 dollar per troy ons atau melampaui rekor yang sempat terjadi pada bulan Juni lalu yang sempat berada di posisi 1255 dollar per troy ons. Disisi lain, minyak juga mengalami nasib yang sama. Bahkan menurut Rogers dalam jangka pendek tidak menutup peluang bagi minyak untuk menembus level 80 dollar per barel akibat imbas ekspektasi terhadap sektor industri global.